Aku, Kamu Dan Cinta Pertama

Hari ini adalah hari pertama aku masuk kerja. Ya… Dengan bermodalkan uang hasil menggadaikan motor sahabatku sebagai syarat untuk ‘memuluskan’ jalanku masuk ke Perusahaan ini. Dan tanpa banyak melalui proses formil, akupun akhirnya diterima bekerja di sebuah Perusahaan yang cukup terkenal di kota ini. Perusahaan ‘kandang macan’ kalau orang di lingkungan sini menyebutnya. Ah…tapi biasa saja menurutku. Apa karena aku seorang laki-laki? Dan disini mayoritas karyawannya adalah perempuan. I don’t care. Yang terpenting sekarang adalah aku bisa kerja dulu, masalah betah atau tidak itu urusan nanti daripada aku terus-terusan jadi sales kompor gas hasil dari aku melihat kemudian tergiur dengan iklan lowongan “DIBUTUHKAN 1000 KARYAWAN, PENDIDIKAN TIDAK DI UTAMAKAN” dari sebuah koran yang aku temukan di jok bus antar kota saat aku masih mengikuti seleksi CPNS yang akhirnya berakhir tragis alias gagal. Menurutku, mencari pekerjaan sebenarnya tidak terlalu sulit, tergantung suasana hati kita setelah kita berhasil diterima bekerja di suatu tempat. Mau bertahan atau tidak dengan segala bentuk ketidak sepahaman pola pikir dan pola hidup, entah di lokasi kerja maupun di lingkungan tempat tinggal kita yang sementara di perantauan itu.

Akhirnya aku di posisikan sebagai pengangkut barang di Perusahaan ini. Mungkin karena faktor ijazahku yang hanya seorang lulusan SMA swasta. Atau karena memang badanku yang lumayan tinggi besar walau tidak sebesar atlet tinju kelas berat dunia yang sering tampil tiviwan.
 Lumayan juga rasanya jadi tukang angkut barang. Memang beban barang yang aku angkut dari tempat produksi ke gudang tidak seberapa beratnya. Tapi karena aku melakukannya terus-menerus selama jam kerja, sehingga hal ini membuat kakiku sedikit agak kewalahan. Maklumlah aku orang baru yang belum terbiasa dengan pekerjaan seperti ini. Tapi lagi-lagi demi cita-cita, aku harus kuat. Apalagi aku adalah seorang laki-laki. Gak boleh cengeng apalagi menangis. Malu sama kucing meong…meong…meong.

Bertemu dengan orang-orang baru yang tentu juga sangat asing bagiku, aku harus pandai-pandai menjaga sikap dan lisanku agar tidak menjadi masalah buat diriku sendiri. Karena disini, satu-satunya tempatku mengadu hanyalah si Rudi sahabatku. Ya, kami berdua memang satu perusahaan. Tapi berbeda jenis pekerjaan dan lokasi. Dan dialah yang mengantarku sampai berada di tempat ini, di tempat kerja yang menurutku layak untuk mendapatkan Piala dari Menteri Tenaga Kerja kategori Perusahaan SNI. Aku bisa menyimpulkan hal itu karena selain aku membacanya sendiri di Perjanjian Kerja Bersama, aku juga sudah melihat sendiri apa saja fasiltas yang ada di sini.
Rasa-rasanya gimana gitu… Berada di suatu tempat yang baru. Apalagi perbandingan karyawan laki-laki dan perempuan disini sangat jauh sekali. Hampir 80:20 untuk mayoritas jumlah karyawan perempuan. Ah…bodo amat ! Toh tujuan utamaku disini adalah bekerja untuk mewujudkan segala angan-anganku. Salah satunya adalah membeli gitar impianku. Walau aku bukanlah seorang gitaris yang berbahaya, tapi banyak temanku dikampung bilang kalau aku punya bakat, walaupun bakatku itu terbilang tanggung.

Aku tinggal bersama Rudi disebuah kos-kosan yang lokasinya lumayan dekat dari Perusahaan tempat kami bekerja. Tidak perlu naik angkutan untuk menuju ke tempat kerja. Cukup jalan kaki saja. Itung-itung sekalian olahraga. Biasanya sih Rudi naik motor. Tapi berhubung motornya masih ‘sekolah’ terpaksa kita berdua sementara waktu ini jalan kaki dulu. Dan Rudi adalah sahabat terbaikku untuk saat ini. Dia mempunyai hobi bernyanyi, tapi tidak bisa bermain gitar. Ya, kadang dia membawa gitar hasil pinjam dari kawannya disekitar sini. Maklum, dia sudah senior di daerah sini. Yang punya kawasan intinya. Jadi soal gitar mah gampang ngelobinya. Kalau urusan makan sehari-hari aku dan Rudi masak beras di mejikom. Tapi lauknya kami membeli di warteg depan kos-kosan karena memang kami tidak pandai memasak. Ada kompor gas dan alat masak lainnya, tapi hanya kami pergunakan sekedar untuk menggoreng telur atau merebus mie instan saja.

Minggu pagi itu, masih pulas kurasakan tidurku di teras kos-kosan bersama Rudi sisa begadang tadi malam. Ya kita memang jomblo. Bukan karena kita tidak laku. Kita berdua hanya menjaga mutu. Percayalah, kami berdua adalah cowok keren dengan sejumlah aset yang terbilang langka. Yaitu kami berdua memiliki hati yang selembut sutra yang tidak dimiliki oleh cowok lain manapun di dunia ini. Dan memang hari ini libur karena hari minggu, jadi tadi malam kami berdua sengaja memuaskan diri dengan begadang dan bernyanyi sambil main gitar sampai dini hari tadi. 

Tapi entah mengapa di dalam tidur minggu pagiku itu, ada bisikan yang seolah-olah menuntunku untuk membuka mataku di hari minggu yang masih sepagi itu. Suara asing yang belum pernah kudengar sebelumnya dalam hidupku. Suara yang  ‘guwe banget’. Lembut. Seolah semua karakter suara wanita idamanku menyatu disitu. Dan setelah perlahan aku membuka mata, sesosok wanita berkacamata minus dengan baby doll bermotif Doraemon sudah berada di depanku. Rambutnya lurus enggak…Keriting juga enggak… Ditambah kombinasi jidat yang menurutku agak sedikit jenong. Kulitnya lebih terang dari kulitku yang memang berwarna coklat tua cenderung ke hitam. Bau parfumnya… Beuuuuhhhh !!! Aku terdiam sesaat, memandang wajahnya yang aku yakin kalau dia sebenarnya belum mandi tapi tetap ‘guwe banget’ kecantiknya. 

“Mas… aku boleh pinjam sandalnya sebentar nggak?” tanya wanita itu. “E..iyah…boleh. Emang mau kemana mbak?” tanyaku dengan segenap perasaan antara aku masih tidur apa sudah terbangun. “Mau ke warteg depan sebentar”  jawabnya. “Memangnya sandal mbaknya kemana?” tanyaku dengan gestur tangan sambil mengusap tahi mata kuning yang masih terasa menempel di pelupuk mataku secara perlahan. “Gak tahu mas, paling si Ella iseng”. Dalam hatiku berkata cepat “Heh.. lu aja guwa kagak tahu namanya…apalagi si Ella”. 

Aku duduk sambil terus mengamati langkah sosok wanita dengan kaki mungil  beralaskan sandal Sewalow berwarna putih hijau yang over size. Iiihhhh….lucu bangettt. Layaknya di film-film, dia pun menoleh ke arahku disertai senyuman seolah memberi harapan dengan ayunan rambut hitamnya yang perlahan di tiup angin minggu pagi yang tidak lagi kelam. “Uwhhhhhhhh…” batinku sambil menghela napas.

Rasa kantukku kembali datang karena wanita yang ‘guwe banget’ tadi tak kunjung kembali dengan sandal Sewalow size 10 1/2 milikku. Akhirnya akupun kembali melanjutkan tidur dengan menimpakkan kaki kananku ke arah badan Rudi di teras kamar kos. 

Tapi setelah beberapa saat aku tertidur, aku kembali di kejutkan oleh suara berisik dari atap kos-kosan. Suara hujan. Mau tidak mau aku harus bangun dan pindah kedalam kamar kos. Perlahan aku bangunkan Rudi bahwa hari telah hujan. Tapi sekilas di lantai keramik aku melihat ada nampan dengan 2 gelas berisi cairan berwarna coklat dan satu piring gorengan lengkap dengan cabe ijo muda. “Gak rugi Lo jadi murid guwa” celetuk Rudi. “Enak aja…bukan guwa yang beli keles !” sahutku sambil melihat Rudi yang asyik memakan tahu isi. “Trus siapa yang beli ini kalau bukan elu?” jawab Rudi sekaligus bertanya padaku. “Mana kutahu, memangnya aku Tuhan yang tahu segalanya” jawabku sambil menghindari lemparan cabe ijo muda dari Rudi ke arah wajah gantengku. 
Perbincangan kami akhiri dengan membereskan segala sesuatu kedalam kos karena kurasa hujan semakin deras saja. Kulihat sandal Sewalowku sudah berada di depan teras kos. Kuyakinkan hatiku bahwa yang membawa nampan berisi dua gelas kopi Gudai dan sepiring gorengan lengkap dengan cabe ijo muda adalah wanita yang ‘guwe banget’ tadi.
Lamunanku terselip diantara bunyi hujan yang terus menerjang atap kos-kosan yang terbuat dari Seng. Mataku semakin sulit untuk kepejamkan. Wajah itu membuat aku seperti ada diantara suara gelombang laut yang lokasi lautnya berada ada di atas awan. Semakin kupejamkan mata, semakin aku tak bisa menahan senyumku sendiri. “Dasar wong edan, merem kok ketawa” suara Rudi memporak-porandakan bangunan istana lamunanku tentang sosok wanita dengan babby doll Doraemon berkacamata minus tadi. Tak kuhiraukan omongan Rudi karena aku berusaha membangun lagi istana lamunanku yang telah hancur tadi.

Hari ini senin. Hari dimana kesibukan tiba-tiba menjadi berlipat dimana-mana. Terutama di lingkungan kerjaku. Aku juga heran, kenapa cuma hari senin saja yang tiba-tiba berubah menjadi horor. Ah…itu gak penting. Yang penting aku tidak telat masuk kerja. Dan seperti biasa, setiap hari sebelum bekerja, di setiap Team di perusahaan ini pasti mengadakan Briefing. Sekedar mengakrabkan suasana dan yang terutama sekali menurutku adalah berdo’a bersama sebelum bekerja.

Di sela-sela supervisorku memberikan arahan dan spirit paginya, aku di kejutkan oleh sesosok wanita yang melintas dengan langkah yang sepertinya tergesa-gesa sekali. Ya…di balik punggung supervisorku aku melihat dengan jelas wajah itu. Wajah yang kemarin dengan baby doll Doraemon serta kacamata minusnya. Wajah dengan jidat jenong. Kupastikan aku tak kehilangan langkahnya. Langkah dimana dia terakhir berhenti. Tapi sayang, aku kehilangan langkah itu. “Ah…kemana tadi beloknya” batinku dengan sedikit menahan kecewa.
Belum berani aku bertanya kepada teman kerjaku tentang sosok wanita yang ‘guwe banget’ itu. Selain aku anak baru, siapa tahu ada dari salah satu teman kerjaku yang juga naksir sama dia. Aku memilih menunggu moment saja. Dan aku berpikir “pasti dia besok lewat sini lagi”.
Ku usap keringat di keningku dengan baju kerjaku. Karena aku memang tak suka ribet membawa sapu tangan dan sejenisnya. Rasa haus membawaku ke arah Torn stainless berkapasitas 1000L tempat menampung air minum untuk karyawan yang memang telah sediakan oleh perusahaan. Ku isi botol bekas air mineral yang kubawa melalui kran Torn itu. Dan kutuntaskan dahagaku di situ. “Ahhh…lega rasanya”. Ku balikkan badanku hendak menuju dimana barang-barang hasil produksi Perusahaan sudah menunggu untuk ku angkut ke gudang. Tapi tatapan mata itu membuatku lumpuh seketika. Tatapan mata dari si Jenong berkacamata minus dengan baby doll Doraemon kemarin pagi. “Eh…kamu kerja di sini juga ya?” tanya Jenong kepadaku yang semakin merasa lumpuh saja dibuatnya. Aku tak bisa berkata apa-apa. Aku amnesia. Aku lumpuh maximal. Sampai aku sadar bahwa Si Jenong yang berkacamata minus sudah tidak ada lagi di depanku. Aku bertanya pada diriku sendiri sambil menyandarkan badanku di Torn stainless yang menjadi saksi bisu pada hari itu. “Apakah aku jatuh cinta?”
Jam makan siang aku habiskan dengan mencari si Jenong berkacamata minus di antara ratusan karyawan lain di Perusahaan ini. Tapi usahaku gagal sampai aku lupa kalau ternyata sudah masuk jam kerja lagi dan aku belum sempat makan siang. Tapi bayangan si Jenong di otakku telah membuat aku kenyang  dengan sendirinya.

 

Jam pulang akhirnya tiba. Ingin rasanya aku tetap berada di dalam gedung Perusahaan ini. Berada dalam satu masa bersama Jenong. Akupun berpamitan pulang kepada rekan-rekan kerjaku. Aku tak langsung pulang. Ruangan demi ruangan aku lewati, berharap Jenong dapat kutemui. Tapi usahaku gagal lagi. Aku pulang ke kos-kosan dengan perasaan campur aduk. Capek tapi tidak terasa, kecewa tapi biasa saja. Karena AKU SEDANG JATUH CINTA untuk yang pertama kalinya.
Seminggu ini aku belum pernah bertemu Jenong lagi. Dan sengaja hari sabtu ini aku bangun pagi-pagi sekali. Selain memang hari libur, hari sabtu ini tidak ada tugas dari Boss untuk aku berangkat lembur. Jadi dua hari ini, sabtu dan minggu aku free.
 Aku Stand By di warteg dengan modus sarapan sambil nonton Tivi berharap Jenong juga akan datang ke warteg. “Mau makan apa Ella?” tanya abang warteg pada wanita yang baru datang ke warteg. “Bungkus 2 ya bang, biasa” sahut wanita itu. “Si Yasmin kemana kok gak ikut?” tanya abang warteg lagi. “Lagi sibuk main gitar, padahal bisa juga enggak. Adeknya minta di beliin gitar. Tapi sudah seminggu ini gitarnya tidak di ambil” jelas wanita itu pada abang warteg. 
Ingatanku kukembalikan ke seminggu yang lalu. Waktu dimana Jenong meyebut nama Ella yang iseng kepadanya sampai dia harus meminjam sandal kepadaku. Akupun menemukan jawabanku sendiri, si Jenong sebenarnya bernama Yasmin dan Ella adalah sahabat satu kosnya. Ya, itulah kesimpulanku.



“Rud, malam minggu keluar yuk ! Cari angin” tanyaku pada Rudi yang masih tiduran. “Males, mendingan nanti malam gitaran aja. Aku lagi pengen nyanyi, soalnya sebentar lagi aku mau ikut audisi nyanyi” jawaban Rudi mengecewanku. Tapi oke gakpapa. Aku habiskan hari sabtuku ini dengan tidur, sementara Rudi keluar pergi mencari pinjaman gitar yang bagus karena minggu lalu aku komplain, suara gitar pinjaman Rudi tidak SNI.

Kumasak air dalam Teko elemen untuk membuat kopi sebagai teman pengantar ‘konser’ duo gitaran kami berdua malam minggu ini. Rudi berhasil membawa pulang gitar mahal, suara gitarnya ‘guwe banget’. Kopi sudah jadi. Keripik singkong sudah ada. Dan kami berduapun akhirnya memulai ‘konser’. 
“Mas…boleh gabung gak?”. Suara itu sejenak mengheningkan suasana. Suara Jenong di dampingi Ella yang tiba-tiba saja sudah berada di depan teras kamar kos-ku. Jenong yang mengisi ruang imajinasiku selama seminggu ini. “Oh…ya… boleh. Tapi ya kayak gini-gini aja” jawabku setelah beberapa saat asyik menikmati imajinasiku sendiri. Ada moment dimana kami berempat tiba-tiba menjadi akrab dalam hitungan menit. Apa karena perasaanku saja?  I don’t care !!!
 “Mas…besok ada acara gak?” tanya Jenong. “E… kamu nanya saya atau siapa?” sahut Rudi yang sedikit lebih cepat sepersekian detik menjawab dari aku, karena sebenarnya aku yang ingin sekali menjawab pertanyaan itu. “Mas siapa ajalah yang penting bisa ngajarin saya main gitar” jelas Jenong. “Kalau belajar vocal ama saya, tapi kalau belajar gitar, ya sama mas ini tentunya” jawab Rudi sambil menunjuk ke arahku. “Mas… bisa gak besok ngajarin saya main gitar?” tanya Jenong kepadaku. “I…iya” jawabku singkat tapi penuh dengan formasi & kombinasi segala rasa ruwet yang ada di dunia ini. 
“Udah malem mas… saya pulang dulu, besok siang saya kesini lagi” pamit Jenong kepada kami sembari mengajak Ella untuk pulang ke kos mereka yang sebenarnya tidak jauh jaraknya dari kosanku. Sementara aku dan Rudi terus bersenandung sampai dini hari lagi.
Minggu siang itu aku terbangun dengan pemandangan seorang wanita dihadapanku sedang melipat baju yang ku jemur kemarin. Kulihat ruangan kamarku juga sudah tertata dengan rapi. Dan semalam Jenong memang berkata kalau dia akan kesini untuk belajar bermain gitar padaku. 
Rudi entah kemana. Karena di dalam kamar kos tak kulihat lagi gitar yang semalam aku mainkan dengannya. Yang ada adalah gitar Jenong yang dia beli untuk adiknya. Akhirnya aku dan Jenong mulai berkenalan secara resmi, siapa nama kami, hobi kami apa, apa makanan favorit kami dan banyak hal yang tiba-tiba dengan enteng kami ceritakan semuanya. Hanya sedikit persamaan kami. Dan ada satu persamaan yang membuat kami lebih yakin untuk terus saling menyayangi satu sama lain yaitu ‘CINTA PERTAMA’.
Sulit memang menjelaskan bagaimana artinya cinta. Logika saja sudah tidak berguna, apalagi cuma mengira-ngira. Di antara kami berdua, kami tahu, kalau sebenarnya kami berdua itu saling mencintai. Tapi itu hanyalah kalimat yang di ucapkan oleh hati kami saja. Bibir kami berdua tidak pernah mampu berbuat apapun untuk menjelaskannya.

Sejak pertemuan hari minggu itu, pertemuan yang tidak pernah ada pelajaran bermain gitarnya sama sekali. Pertemuan yang tiba-tiba siang hari berubah menjadi malam dengan begitu sangat cepatnya. Pertemuan yang membuatku menyesal seumur hidupku. Dan sekaligus membuatku sadar bahwa aku harus tetap hidup dengan segala kemampuanku agar aku bisa membahagiakan ibuku, dua adik perempuanku serta membahagiakan siapapun nanti yang menjadi jodohku.



Pernah dulu pada suatu waktu, Perusahaan kami mengadakan Tour bersama. Rudi tidak ikut dalam acara ini. Dia lebih memilih pulang kampung karena memang dia sudah sering pergi ke tempat tujuan wisata kali ini. Aku dan jenong tidak berada dalam satu Bus yang sama pada waktu berangkat, karena kami memang tidak satu Divisi. Yang aku khawatirkan adalah, walaupun sudah dewasa, dia itu masih suka mabuk kendaraan. Aku masih ingat betul dulu di sebuah Bus sewaktu perjalanan kerumahku, topi kesayangku menjadi korban tumpahan isi perutnya. “Ah… Ada si Ella ini” pikirku.
Bus yang kami kendarai sudah mulai berhenti dan parkir, pertanda kami sudah sampai tempat tujuan wisata. Aku tidak tergesa-gesa turun seperti kawan-kawan lain yang berdesak-desakan berebut agar bisa turun dari Bus duluan. Aku membuka Softcase gitarku, dan perlahan senar demi senar kuperbaiki steman gitar yang di belikan Jenong di hari ulang tahunku dua minggu yang lalu.

“Ayo turun… Ombaknya bagus banget” kudengar karakter suara yang 99,99% tak mungkin salah aku menebaknya. “Iya…bentar” sahutku sambil terus fokus pada steman gitarku.

Aku merasa berada dalam suasana yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya dalam hidupku. Suasana yang benar-benar membuatku ingin sekali rasanya aku membangun rumah disini. Membangun rumah bersama Jenong dan anak-anak kami nanti.
Jenong asyik berfoto dan bermain ombak bersama teman-teman kerja yang lain. Sementara aku jadi sasaran kerumunan sekumpulan kaum jomblo. Sekumpulan kaum jomblo yang selalu minta untuk aku memainkan lagu galau yang itu-itu terus. 

Senja mulai nampak. Dari arah belakang Jenong, aku melangkah pelan menghampiri Jenong yang sedang sibuk bermain pasir. Kulihat dia menulis sesuatu di atas pasir di bibir pantai. Namaku dan namanya disertai lambang hati terukir disitu. Tapi kemudian hilang seketika tatkala arus sang ombak lewat menyapunya. Tapi jenong tak putus asa. Di ukirnya lagi namaku dan namanya di atas pasir yang sama. Saat dia sadar aku memperhatikannya, wajah cantiknya berubah layaknya ingin berkata, “ini tak seperti yang kamu lihat. Aku bisa jelaskan”. Kemudian aku pergi meninggalkan Jenong sambil menenteng Softcase gitarku. Ada hal yang ingin aku sampaikan padanya, dan itu tak mungkin aku katakan karena memang ini bukanlah waktunya.
Di atas batu karang aku berdiri menatap jauh ke arah kampung halamanku. Di pikiranku, sekiranya sedang apakah ibu dan dua adik perempuanku.

 

Lamunanku terhenti seketika tatkala dua tangan lembut memeluk erat pinggangku dari belakang. Kudengar lirih isakan tangis tulus dari bibir yang wajahnya telah menyandar di punggungku. 

“Aku tak mau kamu mengukir nama kita di manapun. Termasuk di atas pasir pantai yang romantis sekalipun. Aku melihatnya sendiri. Sekeras dan sekuat apapun perjuanganmu mengukirnya, ukiran itu pasti akan hilang di terjang ombak. Cukuplah di hatimu saja kau ukir nama kita”  ucapku setelah aku berbalik badan sembari telapak tangan kiriku menyentuh lembut ke pipi kanan Jenong. Sementara tangan kananku berusaha mengusap air mata yang terus mengalir dari kedua mata yang ternyata terlihat begitu indah tanpa di batasi oleh kacamata. Dan Air mata kami berduapun mengalir bersama dengan hati kami yang berkata “AKU MENYAYANGIMU SELAMANYA”.


Dan aku pernah membawa Jenong kerumahku sewaktu dulu ayah meninggalkan aku, ibu dan kedua adik perempuanku untuk selamanya. Dan dia rela mengorbankan beberapa hari cutinya untukku.

 

Jenong mencintaiku dengan segala kekuranganku. Aku yang ternyata harus menjadi tulang punggung keluarga pada usiaku yang masih 20 tahun. 
Aku tahu Jenong mencintaiku dari sikapnya. Dari cerita Ella teman dekatnya agar aku segera menembak dan menyatakan cinta padanya. Dari Diary Jenong yang aku baca sewaktu aku menemaninya di rumah sakit. Dan dia sakit beberapa hari akibat terbawa beban pikirannya sendiri sewaktu dia melihat aku menenggak minuman keras pada saat aku depresi karena belum bisa menerima kenyataan bahwa ayahku sudah pergi.

Kadang aku merasa seperti Rangga di film AADC 2 yang berusaha sadar diri setelah ayahnya Cinta berbisik kepada Rangga supaya “jangan membuat Cinta menunggu terlalu lama”
Sedangkan disisi lain aku harus berjuang mengembangkan senyum di bibir ibuku dan berjuang menyekolahkan dua adik perempuanku. Bukan karena bisikan ayah Jenong layaknya ayah Cinta membisiki Rangga aku tidak berani menembak Jenong jadi kekasihku, tapi lebih kepada karena aku takut jika nanti Jenong harus hidup menderita bersamaku ditengah perjuanganku yang belum selesai untuk membahagiakan ibu dan kedua adik perempuanku.
Walaupun aku belum pernah bertemu dengan keluarga Jenong, Jenong pernah bercerita kepadaku “kata orang tuaku, siapapun suamiku nanti, orang tuaku tidak peduli apapun pekerjaanya. Yang penting halal dan bertanggung jawab kepada keluarga kecilku nantinya”. 


Aku yakin bahwa aku adalah salah satu laki-laki dengan kriteria itu, tapi di sisi lain aku masih punya tanggung jawab yang besar terhadap keluargaku. Dan aku telah berjanji pada diriku sendiri, kalau aku tidak akan menikah sebelum berhasil menyekolahkan dan menikahkan dua adik perempuanku. Karena tidak mungkin ibuku yang sudah tua harus bekerja untuk membiayai kedua adik perempuanku, aku tak sampai hati melihatnya. Biarlah cukup aku saja yang menjalani cinta pertama tapi tidak terakhir ini, asalkan ibu dan kedua adik perempuanku bahagia.
Hingga pada suatu hari saat usiaku menginjak 34 tahun, dimana aku sudah berhasil menjadi seorang pencipta lagu yang mempunyai penghasilan yang cukup lumayan walau masih naik motor second tapi aku membelinya dengan uang cash hasil jerih payahku sendiri. Dan saat ini aku juga sudah berhasil menyelesaikan tugasku sebagai kakak dari kedua adik perempuanku walaupun pada saat itu ibuku tak sempat melihat dan menikmati keberhasilanku karena beliau telah lebih dulu pergi meninggalkan kami menyusul kekasihnya di surga yaitu ayah kami. 

Hari itu, ketika cuaca sangat panas oleh terik sang mentari menyengat ke sebagian permukaan bumi tetapi air hujan juga turun walau cuma sebentar. Aku melihat jenong bersama dua orang laki-laki. Yang satu sekitar seumuran anak kelas 3 SD dan satunya lagi seorang laki-laki seumuranku dengan pakaian dinas lengkap keluar dari dalam mobil berwarna merah mengkilat menuju ke sebuah minimarket. Ku ambil topi dari dalam jok motor secondku dan kupakai agak condong kebawah menutupi pandanganku. Aku beranikan diri ikut masuk ke dalam minimarket dan berada di antara Jenong dan keluarga kecilnya selama beberapa menit sampai mereka kulihat keluar minimarket dan menaiki mobil berwarna merah. Aku berlari keluar minimarket mengikuti mobil merah itu. Sampai pada akhirnya mobil merah itu menghilang di antara kendaraan lain, bersama itu pula hilang asa dan kenanganku bersama Jenong-ku. Kenangan saat pertama kali aku menatap sepasang mata indah di balik kacamata minus. Dan asa untuk hidup bersama seseorang yang dulu pernah berjanji ingin selalu saling menyayangi selamanya.

Setiap peristiwa pasti ada pesan yang sebenarnya ingin Tuhan sampaikan kepada kita. Tergantung darimana sudut pandang kita mengartikan pesan itu. Kalau dulu aku terus bersama Jenong, mungkin aku tidak bisa menjadi seorang pencipta lagu karena setiap hariku pasti aku habiskan bersama dia dan aku pasti tidak akan punya waktu untuk melamun dan berimajinasi karena Jenong selalu ada disampingku.


Ya kalau kami bahagia!!! Kalau kami menderita? 


Malah aku tidak akan punya waktu lagi untuk aku menyalurkan bakatku, karena waktuku pasti akan habis untuk bekerja menghidupi Jenong, ibu dan kedua adik perempuanku. 

Dan menurutku, bahagia yang sesungguhnya adalah, membiarkan orang yang kita cintai hidup bahagia meski tanpa kita sekalipun daripada harus hidup bersama kita tapi kita malah membuat orang yang kita cintai menderita. Munafik sih, tapi itulah aku. AKU, KAMU DAN CINTA PERTAMA KITA.



Writer : Tulus Maholtra Minggu 17/12/17

*)Cerita ini hanya fiktif belaka. Kalau ada kesamaan karakter itu hanya imajinasi saya saja.

Posted in Cerpen, opini | Tagged , , | Leave a comment

Cara Mengetahui Transaksi Terakhir Di Rekening Lewat ATM

Salam Kuli Bangunan !!!

Halo, sehat ya semua? Yang lagi sakit, semoga cepat sembuh dan yang jomblo semoga cepat dapat pasangan. Amin.

Sebagai kuli bangunan yang sering berpindah lokasi kerja yang juga jauh dari daerah asal, tentu saja saya di tuntut agar punya rekening tabungan sendiri sekaligus punya kartu ATM. Untuk apa? Ya supaya memudahkan saya untuk bertransaksi dalam urusan kiriman uang ke kampung dan lain-lain. Bayar cicilan motor misalnya, atau sekedar beli headset yang harganya cuma Rp.7500 di Laz*da. Akan lebih mudah tentunya kalau transaksi seperti itu di lakukan melalui ATM.

Tapi terkadang ada hal sepele yang menuntut saya harus menggunakan buku tabungan yang tidak mungkin saya bawa ke perantauan karena dari segi kegunaanya sangat minim sekali. Seperti kasus yang sedang saya alami. Ada suatu hal dimana saya harus menyertakan transaksi terakhir di rekening tabungan saya. Dan di perantauan ini saya tidak membawa buku tabungan saya. Aku bingung harus bagaimana…Aku bingung pilih yang mana…(malah nyanyi).

Tapi dimana ada kemauan disitu pasti ada jalan kalau kata orang dahulu. Dalam kebingungan saya, saya niatkan untuk bertanya. Dan gayungpun bersambut. Saya berhasil menemukan jawabannya. Jawaban agar saya bisa mengetahui transaksi terakhir saya di Bank tanpa harus pergi ke Bank apalagi membawa serta buku tabungan.

Ternyata jawabannya adalah kartu ATM. Tapi ini khusus pengguna BRI. Kalau Bank yang lain saya kurang tahu. Dan cek transaksi terakhir lewat ATM ini hanya bisa dilakukan untuk mengecek 5 transaksi terkhir saja. 

Caranya adalah : 

  1. Pergi ke ATM BRI dengan membawa kartu ATM BRI
  2. Masukkan kartu ATM ke mesin ATM
  3. Pilih Bahasa Indonesia
  4. Pilih lanjutkan
  5. Masukkan PIN
  6. Pilih transaksi lainnya
  7. Pilih info rekening
  8. Pilih mutasi rekening

Kemudian tunggu beberapa saat, Struk berisi 5 transaksi terakhir akan keluar. Cukup mudah bukan. Jangan lupa kartu ATMnya jangan lupa di cabut ya.

Ini adalah contoh struk 5 transaksi terakhir dari rekening saya

ini adalah contoh Struk 5 transaksi terakhir di rekening saya tapi di hari yang lain

Oke sekian dari saya, semoga bermanfaat. Terima kasih dan Salam Kuli Bangunan !!!

Posted in opini | Tagged | 2 Comments

MENGHIBUR DIRI DAN CURHAT : BEDA

Salam Kuli Bamgunan !

Mungkin saya adalah salah satu orang egois yang selalu sok peduli. Tapi itu TERSERAH !!! Karena memang saya peduli. Bukan sok peduli. 

Dan memang dunia media sosial khususnya Pesbuk (Facebook) masih menjadi hal yang menarik untuk saya jadikan materi tulisan saya. Padahal garis besarnya mungkin sudah saya tulis di beberapa tulisan saya yang lain. Tapi entah kenapa masih saja saya kok pengen nulis itu lagi.

Soal menghibur diri dan curhat ya… Kalau di tanya sih menghibur diri, tapi faktanya ternyata curhat. Ini sudah pencitraan sekaligus pembohongan publik. Kalau menurut teman-teman diskusi saya, menghibur diri itu ya menghibur diri sendiri. Tapi kalau bisa ya bisa untuk menghibur orang lain juga. Bukan malah bikin sebel orang lain. Itu bukan menghibur diri tapi lebay. 

Misalnya lagi galau di putusin pasangan. Fotonya sih di tempat wisata tapi captionnya curhat. Sudahlah… Ini sampah kalau menurut saya. Foto di tempat wisata ya bikin captionnya tentang suasana di situ kek, tentang fasilitasnya, jadi orang lain yang lihat tuh dapat informasi sekaligus dapat gambaran tentang wisata yang menjadi tempat berfoto. 

Ya semua memang adalah hak masing-masing setiap orang. Tapi alangkah indahnya kalau kita sedang terpuruk sekalipun, kita masih bisa menghibur diri sekaligus masih bisa memberi manfaat untuk orang lain.

Katanya “aku pura-pura tidak tahu agar semua kelihatan baik-baik saja”, nyatanya masih curhat di medsos seolah-olah menjadi orang paling menderita di muka bumi ini. 

Katanya “aku rapopo”, tapi kalau Smule pilih lagunya yang galau. Rapopo kok curhat, hadehhh…

Tapi okelah. Apapun cara kalian menghibur diri, semoga hati kalian bisa terhibur. Kalau saya sih, menghibur diri yang paling ampuh adalah beribadah kepada-NYA tanpa perlu di buat status di medsos.

Sekian dan Salam Kuli Bangunan !

Posted in opini | Leave a comment

SAMPAH FACEBOOK

Ciri utama : Jeda atau jarak setiap postingan terlalu pendek, atau dengan kata lain sering update status.

Ciri Khusus : Postingannya tidak layak di konsumsi publik, tidak lucu, tidak bermutu, tidak mengedukasi bahkan tidak menginspirasi.

Ciri umum : 

  1. Apa saja di bikin status (hujan,panas,dingin,lapar,sakit dll)
  2. Tukang mengeluh (sok menderita), tapi kalau di komentari “kamu kenapa” jawabnya “Gpp”
  3. Tukang Curhat, apa aja di curhatin tapi kalau di komentari “kamu kenapa” jawabnya “Gpp”
  4. Tukang berdo’a di Facebook tetapi jarang beribadah, lebih tepatnya Pencitraan.

Wes ngono ae… Pusing aku ngingeti status sampahmu.

Posted in opini | Leave a comment

SETIDAKNYA, BEGINI ETIKA KETIKA MEMPOSTING ULANG SESUATU YANG BUKAN KARYA KITA

Halo gaes… Salam Kuli Bangunan. Dan masih bersama coretan seorang kuli bangunan di sini. Gak tahu nih, tiba-tiba pengen menulis tentang judul di atas.

Sudah tidak asing lagi bagi kita tentang istilah reupload atau repost, bahkan copas. Kadang saya jengkel sama anak-anak jaman now yang sok bijak dengan postingan statusnya yang menggunakan kata-kata mutiara atau kutipan milik orang lain tanpa mencantumkan nama atau sumber dari mana dia mencomot kutipan tersebut. Bagi tukang copas atau reupload, mungkin tak akan pernah tahu rasanya memeras otak, atau bahkan berani tampil gila di depan umum demi membuat sebuah karya.

Dulu sekitar tahun 2010, sewaktu saya baru awal-awal masuk ke warnet dan mengetahui istilah serta bagaimana cara mengcopas, bangga rasanya bisa membuat postingan yang kadang sebagian teman kita di media sosial tidak ada yang bisa seperti kita. Tapi seiring berjalanya waktu, lambat laun saya sudah mengurangi mencomot karya orang lain. Dan sempat waktu itu saya sudah kepikiran ingin mengupload lagu kuli bangunan ciptaan saya sendiri ke Youtube. Tapi saya masih ragu dan takut karya saya di ‘copas’ oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Tapi seiring perkembangan jaman yang semakin canggih, akhirnya saya beranikan diri pada tahun 2017 ini mengupload lagu kuli bangunan ciptaan saya sendiri ke Youtube.

Adalah akun instagram milik @sofian_alhoob_2017 yang sering mengupload video milik orang lain. Tapi bedanya, beliau ini tetap mencantumkan dari mana sumber atau nama si pemilik video. Kalaupun dia tidak mengetahui nama atau sumber video itu berasal, dia tetap membuat berusaha membuat hastag yang berkaitan dengan video tersebut. Dan yang saya salut adalah, beliau ini tidak ‘mengkomersilkan’ video yang dia upload. Cukup fair bukan. Bahkan akun Instagramnya, followersnya lumayan banyak lho. Dan itu followers Ori, bukan hasil dari membeli followers. Nah disitulah saya bisa mengambil kesimpulan bahwa kita tidak perlu memaksakan sesuatu hal yang muluk-muluk, ternyata walaupun kita bukan seorang artis sekalipun, ternyata kita juga bisa punya followers banyak dan ori karena orang menyukai kita karena karya kita. Reupload juga termasuk karya, dengan catatan tetap menghargai siapa pembuat karya tersebut. 

Dan ternyata Mas @sofian_alhoob_2017 ini adalah seorang TKI yang bekerja di Arab Saudi. Dia berasal dari Madura. 

Dan secara tidak langsung, viewer lagu kuli bangunan ciptaan saya di Youtube bertambah adalah berkat reuplaodan dia di akun Instagramnya. Jadi banyak orang yang menyerbu chanel youtube saya hanya sekedar untuk melihat full version dari lagu kuli bangunan ciptaan saya di Youtube yang sebelumya di reupload mas @sofian_alhoob_2017 di akun instagramnya. Bayangkan, saya upload video lagu kuli bangunan ciptaan saya sendiri di Youtube selama 7 bulan baru dapat viewer sekitar 100an. Semenjak Mas @sofian_alhoob_2017 memajang video lagu kuli bangunan ciptaan saya di akun Instagramnya, viewr video lagu kuli bangunan ciptaan saya di Youtube bertambah banyak. Dan bahkan ada beberapa orang yang sudah masuk Televisi berkat jasa mas @sofian_alhoob_2017 di akun instagramnya.

Jadi intinya adalah, sebagai manusia normal dan makhluk yang bersertifikat sosial, kita berkewajiban saling menghargai satu sama lain. 

Dan untuk Mas @sofian_alhoob_2017 , terus hibur orang lain dengan cara anda sendiri Mas. Semoga sukses selalu menyertai anda. Salam untuk semua orang terkasih anda, Salam Kuli Bangunan.

Hormat Saya : Tulus Wahyudi

Posted in opini | Tagged | Leave a comment

Yang Jualan Di Facebook Semangat Ya !!!

Hallo gaes… 

Sebel gak lihat beranda Pesbuk (Facebook) penuh dengan orang jualan ? Kalau saya sih tergantung suasana hati, berapa sisa batang rokok, sisa kuota internet dan indikator batre saat sedang membuka beranda Pesbuk. Kalau semua faktor diatas dalam keadaan normal, saya sih senang-senang saja melihat ‘sampah’ di beranda Pesbuk saya. Tapi kalau semuanya dalam keadaan tidak baik-baik saja alias hati sedang kacau, rokok tinggal 2 batang, kuota menipis dan batre hampir habis, tentu saja saya saya tetap senang. Kenapa ? Ya senang saja. Salah satu alasannya adalah, di tengah banyaknya orang alay di Pesbuk, orang mengeluh di Pesbuk, orang curhat dan lain-lain dan lain-lain di Pesbuk yang menurut saya adalah ‘sampah’ beranda Pesbuk yang sebenarnya, si Olshoper ini bisa memaksimalkan fungsi dari smartphone dan tidak membuang kuota internet dengan percuma dengan cara berjualan di Pesbuk atau media sosial lainnya.


Orang yang jualan di Pesbuk itu sebenarnya termasuk orang yang ‘cerdas’. Cerdas dalam menggunakan media sosial tentu saja. Orang yang jualan di Pesbuk memang ‘nyampah’ di beranda, tapi kan ‘sampah’ yang menghasilkan uang. Apalagi yang jualan itu perempuan atau ibu-ibulah yang sering saya lihat di Pesbuk. Terlepas entah untuk apa uang hasil dari jualan di Pesbuk, tapi setidaknya inilah salah satu contoh orang yang cerdas bermedia sosial.

Terlebih lagi kalau yang jualan itu ibu-ibu yang notabene sudah punya satu atau dua anak. Bisa jadi di dalam hatinya terselip niat yang mulia, yaitu ikut bantu-bantu suami dalam mencari uang untuk kesejahteraan keluarga kecilnya. So sweet bukan ?

Lanjut terus pokoknya Bu !!! Bikin ‘sampah’ yang banyak biar tambah laku dagangannya. Abaikan orang yang nyinyir karena memang itulah salah satu resiko orang jualan di Pesbuk.

Ya mending jualan di Pesbuk, ‘nyampah’ tapi jadi duit. Daripada mengeluh di Pesbuk, paling mentok jadi alay. Apalagi tuh, yang ‘nyampah’ ala artis. Dari buka mata sampai mau tutup mata semuanya di bikin status, dapat apa coba? Terus tujuannya apa coba? Kalau ‘nyampah’ jualan di beranda Pesbuk kan jelas tujuan dan hasilnya apa. Tujuannya ‘nyampah’ adalah jualan, hasilnya apa, ya jelas uang. Cerdas yang minimalis tapi tidak semua orang bisa.

Sedikit saran dari saya buat para Olshoper di Pesbuk atau di media sosial yang lain. Saran saya, khusunya bagi Olshoper yang menjual produk kecantikan yang wajahnya (maaf) kurang begitu menarik. Usahakan kalau mau upload foto, terutama foto dirinya sendiri alias foto si Olshoper, usahakan muka atau wajahnya di edit semaksimal mungkin dulu sebelum di upload ke akun media sosial yang juga akun untuk jualan. Kadangkan si Olshoper juga pingin eksis atau agar tidak bosan, masa ya di posting barang jualan terus, sekali-kali bolehlah posting fotonya sendiri. Tujuannya apa? Maksud saya begini, kalau yang dijual produk kecantikan masa iya wajah si penjual produk kecantikan malah (maaf) hancur. Kan orang malah gak jadi beli. Mau beli gimana wong yang jualan saja mukanya (maaf, maaf banget) hancur. Yang ada nanti malah dibilang pembodohan.

Oke…!!! Selamat berjualan. Semoga berkah. 
Cr: https://tulusmaholtra.wordpress.com

Posted in olshop, opini, sosial | Tagged , | Leave a comment

Saran Buat Facebooker Yang Hobi Sering Update Status

Salam Kuli Bangunan !

Pesbuk (Facebook). Pesbuk Tentunya sudah familiar di telinga kita semua. Bahkan ada yang punya akun pesbuk lebih dari satu. Entah untuk kepoin mantan atau mengintip status orang lain yang telah memblokir kita entah karena ada masalah apa yang kita tidak tahu sebelumnya. Di media sosial bernama pesbuk ini yang sangat saya sesalkan sekali adalah para pengguna pesbuk yang star syndrome (sok ngartis). Star syndrome yang dalam sudut pandang saya disini adalah mereka para pesbuker (pengguna pesbuk) yang amatir maupun yang sudah lama tapi tetap seperti pemain baru yang bisa di bilang terinspirasi entah dari artis idolanya, atau memang watak aslinya begitu, atau bahkan cuma ngikut-ngikut pesbuker lain tanpa mengindahkan bobot dari status yang dia posting. Menurut observasi saya di lapangan (ciyeee), tipe orang atau tipe pesbuker seperti ini, dalam satu jam saja makhluk yang bernama pesbuker dengan tipe seperti ini bisa puluhan kali dalam memposting sebuah status. Manfaatnya apa coba ? Dan dari sini saya bisa menyimpulkan, kita tidak perlu mengeluarkan biaya berjuta-juta untuk pergi ke psikolog demi untuk mengetahui karakter mental seseorang. Cukup dengan melihat postingan status yang dia tulis di media sosialnya. Tapi ini kesimpulan saya pribadi dan tidak paten.

Sedih lho jadi saya. Mau di blokir teman sendiri, tidak di blokir bikin darah tinggi. Dan yang bikin saya geli-geli geregetan adalah, status yang dia posting itu lho, lucu enggak, mengedukasi enggak, pokoknya nyebelin. Intinya apa yang dia alami pada saat itu, dia mempostingnya. Inikan ngartis banget kalau menurut saya. Kalau artis sudah tentu memang ada tuntutan dari para penggemarnya agar seorang artis terus mengupdate keseharian mereka dengan tujuan para penggemarnya tidak ketinggalan berita tentang keseharian dari artis tersebut. Lha kalau pesbuker dari kalangan biasa seperti saya misalnya. Kalau dipikir lebih dalam lagi pakai logika, rasa-rasanya kok ya aneh bangun tidur update status, mau mandi update status, habis mandi update status dan seterusnya dan seterusnya. Dan yang kasihan itu sebenarnya adalah orang tuanya. Karena dulu kalau ada anak yang baru lahir, biasanya di buatkan banner bertulisankan nama dan hari lahir anak tersebut. Dan harus di ingat, disitu juga tertulis do’asemoga kelak menjadi anak yang sholeh/sholehah berbakti kepada orangtua, berguna bagi nusa bangsa dan agama. Susah payah mereka membesarkan anaknya dengan tetesan keringat dan darah. Tapi anak yang selama ini mereka banggakan malah menjadi seperti sampah di beranda pesbuk

Saya malah senang sama orang yang jarang update status tapi kalau sekali bikin status ada pesan moralnya. Yang jualan online itu juga malah bagus, walaupun mereka juga nyampah di beranda pesbuk, tapi inilah salah satu contoh bentuk kecerdasan di media sosial, membuat sampah menjadi uang. Terus saya juga suka sama orang sering membagikan kiriman orang lain tapi kiriman itu bermanfaat, resep masakan misalnya, atau info seputar keagamaan. Jadi dalam konteks ini, pesbuk itu di gunakan dengan bijak serta cerdas juga mencerdaskan. Kalau saya sendiri ? Sekarang saya lebih cenderung menggunakan pesbuk hanya untuk jemuran saja. Yaitu jemuran untuk menjemur karya saya. Termasuk tulisan ini salah satunya.

Tapi lagi-lagi ya itu tadi, pesbuk-pesbuk guwe, ya terserah guwe. masalah buat Lohhhh !!!

Dari keresahan yang model seperti ini , atau yang orang sering update status tadi, orang ini sebenarnya punya potensi. Tapi sayangnya orang ini tidak menyadari potensi yang ada pada dirinya. Dulu waktu pertama kali mainan pesbuk saya juga pernah seperti ini. Apa saja di update. Tapi seiring berjalannya waktu, sifat pendewasaanlah yang lambat laun menghentikan kegiatan apa saja di update ini. Jujur, malu.

Terus yang paling penting menurut saya adalah, sesering apapun kita update status, masalah yang kita update , tetap adalah sebuah masalah. Dan tidak akan pernah selesai dengan sendirinya apalagi cuma dengan update status. Masuk akal bukan.

Saran saya adalah, kalau kalian suka curhat, ngomel, mengumpat atau apalah itu namanya yang disebut tulisan gak jelas dan tidak layak untuk dikonsumsi publik dan kalian cuma bikin sebel teman pesbuk yang lain karena setiap membuka beranda pesbuk isinya kalian lagi kalian lagi, cobalah untuk mulai menulis di Blog seperti saya. Di blog kalian bebas berekspresi. Yang penting jangan nyebut Merk aja.

Yang suka curhat, tulis curhatan kalian di Blog. Bisa dalam bentuk puisi atau cerpen. Bisa juga beropini. Menjadi seperti seorang wartawan juga bisa, apalagi yang hobi sepak bola. Malam nonton bola, setelah pertandingan selesai kalian tulis deh ulasan kalian di Blog tentang bagaimana jalannya pertandingan tadi. Dengan begitu, justru malah akan membuat kalian lebih kreatif dan imajinasi kita juga tidak sia-sia alias terselamatkan. Apalagi yang kalian tulis itu adalah sebuah hal yang bermanfaat. Sudah kreatif, dapat pahala, yang baca juga senang. Bisa -bisa orang tua kalian juga ikut bangga melihat anaknya jadi penulis yang di kagumi dan bisa menginspirasi orang. Tapi..,kalau kalian curhat di pesbuk, yang kalian dapat apa? Paling mentok dapat jabatan Alay.

Cara membuat Blog tidak sulit kok. Tingal tanya mbah Google. Hehehe…

Saya tidak bermaksud menggurui atau sok tehe. Tapi namanya saran, boleh dilaksanakan dan boleh tidak dilaksanakan. Yah…daripada jadi alay di pesbuk, mendingan nulis. Dapat jabatan sebagai Blogger. Walaupun artikel yang kita tulis tidak banyak dan tidak sebanyak Bloger lain pembacanya. Tapi setidaknya kita bisa merubah hal yang sia-sia menjadi lebih bermanfaat. Siapa tahu ada Sutradara lagi galau yang nyasar baca tulisan cerpen kalian. Dan siapa tahu juga dia tertarik dengan cerpen yang kalian tulis. Bisa jadi kalian yang dulu alay, berkat iseng menulis cerpen di Blog malah bisa menjadi seorang penulis skenario di sebuah Film. Ya…itu terlalu jauh sih. Tapi setidaknya ada semangatlah untuk merubah diri menjadi lebih baik serta cerdas mencerdaskan.

Oke sekain dari saya. Kurang dan lebihnya saya mohon maaf.

Salam Kuli Bangunan.

Posted in Kehidupan, kuli bangunan, opini, Sahabat, sosial | Tagged , , | Leave a comment

Mother Jaman Now

Kalimat mother jaman now saya dapat dari Karyn peserta Stand Up Comedy Academy Indosiar yang berasal dari Medan dan dia baru berusia 10 tahun. Saya mengapresiasi Karyn karena di usianya yang baru 10 tahun dia sudah pandai Stand Up dan bisa masuk 3 besar di kompetisi itu.

Kembali ke #motherjamannow.

Pernah lihat gak ? Ibu-ibu, entah itu ibu muda atau ibu yang tua. Beliau ini sangat-sangat membuat saya geli. Dimana letak gelinya ? Saya tidak mau menampilkan visualisasi berbentuk foto atau meme dan sejenisnya. Yang jelas, kira-kira begini gambarannya. Ibu-ibu yang mengklaim dirinya gaul dan kekinian ini dengan bangganya mempersembahkan di dinding media sosial mereka sosok wajah yang pas-pasan dengan di tambahi embel-embel karakter anjing. Kira-kira apa pendapat anda ? Jawabannya tentu beragam. Ada yang mungkin karena iseng, sekedar lucu-lucuan,atau biasanya alasannya ben niru kancane ( Biar sama kayak temen yang lain). Teman yang mana woiiii ??? Dan kalau lucu, dimana letak lucunya ? Masa iya sih, ada orang yang bangga mukanya menyerupai anjing. Padahal kalau di kata-katain anjing belum tentu dia terima. Bahkan bisa marah sampai anjingnya juga ikut keluar lewat mulut. Anehkan ? Secara tidak langsung mengaku dirinya anjing, tapi di sisi lain kalau di kata-katain anjing malah marah. Harusnya bangga dong karena imajinasinya benar-benar terjadi. Menurut saya terobsesi kepada sesuatu hal (artis idola misalnya) itu wajar. Tapi…, ada tapinya ! Jadikan obesesi itu untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Syukur-syukur bisa bermanfaat bagi orang banyak. Kalau terobsesi menjadi anjing dan hewan lain ini kita dapat apa?

Kalau menurut saya, ini lebih kepada melecehkan orangtua. Maksudnya gini, jangan semua di sama ratakan. Gaul, bodoh, kekinian, hits dan lain-lain ini sesuatu yang kontradiksi. Hargailah orangtua kita. Apalagi ibu kita. Beliau susah payah bertaruh nyawa saat melahirkan kita. Tapi pas sudah jadi ibu-ibu kok dengan mudahnya terseret arus perkembangan jaman. Kita boleh mengikuti trend masa kini, tapi mbok ya jangan di telan mentah-mentah. Ambil yang bermanfaat saja. Aplikasi lain kan banyak yang lebih mendidik. Malulah juga sama umur. Di usia yang di setiap sudut perdebatan selalu mengaku dewasa ini alangkah baiknya memberi contoh yang benar-benar dewasa.

Bahkan ketika saya bahas dengan teman saya tentang fenomena ini, jawaban teman saya malah lebih sadis “kenapa mukanya tidak di operasi jadi kek anjing aja sekalian”

Media sosial dan aplikasi memang dua hal yang sulit di pisahkan. Tapi alangkah lebih baik lagi kalau kita bisa lebih bijak dalam mengkombinasikan keduanya.

Kalau saya sih i don’t care. Toh saya malah senang bisa nambah materi tulisan saya. Yang mukanya di paksakan menjadi anjing dapat apa? Like sama komen ? Hahaha… Nyari like sama komen kok sampai segitunya. Kasihan. Kan ada aplikasi auto like dan auto coment. Gak murni kalau pakai aplikasi? Emang wajah anjing situ murni. Mikir ???

Salam Kuli Bangunan

Posted in Kehidupan, kuli bangunan, opini, sosial | Tagged , , , , , , , | Leave a comment

Galery Foto Proyek

This gallery contains 4 photos.

Hasil foto saya menggunakan kamera smartphone serta sudah melalui editing dengan tujuan memberi watermark.

More Galleries | Tagged , , | Leave a comment

Saya & Photography

Seni yang satu ini saya sangat menyukainya selain musik dan seni lainnya. Dan sayapun tidak menyangka bisa memegang kamera DSLR meski statusnya bukan milik saya sendiri tapi milik adik ipar saya. Awalnya adik saya ini membeli kamera DSLR dalam rangka apa saya juga tidak tahu. Ya menurut saya karena dia belum berkeluarga jadi ya mungkin untuk kebutuhan dia mengikuti perkembangan jaman bergaul dengan teman-temannya.

Tapi kayaknya adik saya ini pusing karena belum bisa mengoperasikan kamera ini. Dan benar saja. Adik saya menelepon saya karena memang pada waktu adik saya membeli kamera saya sedang berada di perantauan. Dia menelepon saya menanyakan bagaimana cara mengoperasikan kamera ini. Tentu saja saya juga tidak tahu karena memang saya tidak tahu. Mau apalagi. Tapi saya tidak kehilangan akal. Langsung saya inisiatif membuka Youtube melihat unboxing,review dan tutorial tentang tetek bengek kamera ini.

Singkat cerita saya pulang kampung. Dan saya mencoba menerapkan ilmu yang sudah saya dapat dari Youtube tentang kamera DSLR. Hasilnya waow !!! Bosok ! Ternyata memang susah mengoperasikan kamera DSLR. Tak semudah yang saya lihat di Youtube. Sewaktu saya mau jepret alias saya mau ngeshoot, ternyata warna tampilan layar kamera gelap dan hitam. Saya coba lihat di bagian jendela bidik (viewfinder) untuk mengincar ternyata juga gelap. Ada apa ini ? Apa error ya… gara-gara saya salah pencet. Saya bingung bukan main, sampai saya membuka buku panduan yang ada di box kamera. Tanpa saya sadar sepintas saya melihat ternyata lensa kameranya belum saya buka. Owalahhh…Pantesan wae kamerane peteng ndedhet lhawong tutupe durung dibukak. Untung tidak ada orang. Jadi cuma saya sendiri yang bisa mentertawakan diri saya. Tapi saya tidak putus asa. Saya terus mencoba sampai dapat hasil foto favorit saya. Yaitu foto dengan latar belakang yang blur atau bahasa kerennya foto bokeh. Senang bukan main walau masih dalam mode Auto pada waktu itu. Dan memang masih memakai lensa standar atau lensa kit, lensa bawaan dari kamera DSLR pada saat dulu membelinya.

Foto memakai mode Auto. Sudah bokeh belum sih?

Dan akhirnya saya harus pergi merantau lagi. Baru senang-senangnya belajar photography. Tapi okelah karena demi kebahagiaan anak dan istri saya harus kembali merantau. Rasa rindu saya pada sosok kamera DSLR saya lampiaskan dengan menonton Youtube, tentang kamera DSLR tentunya. Berharap jika nanti saya pulang kampung, rasa penasaran saya tentang foto bokeh yang bagus itu settingannya begini, foto panning itu begini dan seterusnya dan seterusnya.

Pulang kampung lagi ! Dan saatnya belajar foto lagi. Kali ini hasilnya lumayan (versi saya) untuk amatiran yang memakai mode Auto seperti saya. Trik foto bokeh sudah diluar kepala. Dan di sesi kedua saya belajar memakai DSLR saya sudah bisa tehnik Panning. Lagi-lagi Youtube yang berjasa. Tapi tetap saja ada Youtuber yang lebih penting perannya, karena berkat ilmu merekalah saya bisa mode ini dan mode itu.

ini foto Panning versi saya

Entah berapa kali sesi saya pergi ke perantauan dan pulang ke kampung. Seingat saya sudah hampir satu tahun sampai tulisan ini saya buat. Dan yang jelas saya tetap masih belum puas walaupun sudah tahu basic tentang cara memakai DSLR. Belum puas karena belum punya lensa Fix, Tripod serta batre cadangan. Belum punya karena pekerjaan saya yang sebagai kuli bangunan rejekinya belum ada sisa yang lebih untuk membeli barang-barang tersebut.

entah apa nam foto ini, tapi ini saya coba memakai mode M

Dan dari kamera DSLR saya kalau di tempat kerja (proyek) menjadi orang yang suka sekali memfoto apa saja. Ya nggak apa saja sih. Tergantung menarik tidaknya suatu obyek menurut saya pada waktu ingin mengambil foto.

Ini cerita saya tentang kamera DSLR. Apa ceritamu ?

Posted in opini, Photography, Proyek Bangunan, sosial | Tagged , , , , , | Leave a comment