Sosok Behind The Scenes Proyek Bangunan : KULI BANGUNAN

Mendengar kata-kata kuli bangunan, mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita. Ya anda benar….mereka adalah orang-orang sering di kategorikan oleh sebagian orang sebagai sosok yang bermulut kasar dan berebiasaan hidup jorok.

Yaaahhh…biarkan saja sebagian orang berpendapat seperti itu. Toh kenyataanya memang ada sebagian yang seperti itu. Tapi bukan berarti semua kuli bangunan seperti itu (Teeeetttt…”mengulang kata seperti itu”)

Kuli bangunan…. adalah profesi sekaligus pekerjaan saya sehari-hari khususnya di bagian Struktur tepatnya sebagai Tukan Kayu. Dan saya tidak pula bermaksud untuk membela profesi saya yang sudah terlanjur di pandang sebelah mata oleh sebagian orang. Saya hanya ingin berbagi tentang keseharian kami sebagai kuli bangunan.Dimana sebenarnya kami jauh dari rasa nyaman tentang sebuah pekerjaan yang telah menghidupi kami dari muda hingga beranak cucu.

Dari profesi Kuli Bangunan pula, saya bisa berkeliling di beberapa kota besar di indonesia seperti Aceh,Bali,Samarinda,Padang,Palembang,Makassar,Tarakan,Bontang,Berau,Tanjung Selor dan Jakarta dan semua akomodasi gratis dari mandor. Dari situ pula saya pernah merasakan naik Kapal laut & naik Pesawat.

 

Boleh di bilang kami terpaksa bekerja sebagai kuli bangunan karna minimnya keahlian kami dibidang apalah itu yang namanya bekerja di perkantoran.Skill yang kami punya adalah murni bakat alam yang otodidak serta jarang tersalurkan. Misalnya ada teman saya yang bisa membuat seruling dari pipa peralon sekaligus diapun bisa memainkannya. Ada pula yang ahli di bidang listrik, main bola,main catur,ketipung,gitar dsb.Dan di antara beberapa bakat alam di atas, saya termasuk yang sedikit bisa bermain gitar. Tentu saja genre musik yang di sukai orang-orang proyek seperti kami adalah dangdut, walau sebenarnya saya dulunya rocker (wkwkwk…). Setiap malam minggu gajian (gajian kami rata-rata dua minggu sekali setiap hari sabtu sore) kalau ada kawan yang punya gitar kami pasti meluangkan waktu beberapa jam untuk berkumpul dan bernyanyi. Tentu saja saat kami berkumpul dan bernyanyi biasanya identik dibarengi dengan minum-minuman keras.Tapi tetap dalam batas yang wajar tanpa mengganggu aktifitas kawan yang lain. Ini kebiasaan saya pribadi dan beberapa kawan di beberapa proyek. Tapi pernah juga di beberapa proyek saya juga tidak menjumpai kegiatan bermain gitar rame-rame sambil mabuk-mabuk. Yaaa….semua tergantung lingkungan.

Kembali ke tema Kuli Bangunan… 

Boleh dibilang kami bernyawa ganda. Saya berani berkata seperti itu karena kami bekerja dibawah ancaman rawannya kecelakaan kerja yang sewaktu-waktu bisa merenggut nyawa kami. Jadi, jika kami mulai jam 08.00 pagi keluar bedeng (Mess) di saat itu pula hidup dan mati, kami pasrahkan kepada Tuhan YME. Tidak sedikit kawan kami seprofesi yang meninggal di saat sedang bekerja. Entah karena human error atau karena hal nontehknis lainnya. Alhamdulillah selama puluhan tahun saya bekerja di proyek bangunan masih di beri kekuatan untuk bersabar menghadapi kerasnya hidup sebagai kuli bangunan. Kecelakaan yang paling parah yang pernah saya alami adalah ketika jidat saya terkena hantaman Linggis sewaktu saya bekerja di Makassar membangun gedung Telkomsel di Jl.Pettarani. Kalau kena paku di kaki saya, pernah sih, tapi lupa berapa kali. 

Siang hari yang terik kami harus mengangkat beban yang berat di pundak kami, kami masih harus berpikir berapa ukuran yang akan kami kerjakan, berpikir bagaimana tugas yang di berikan mandor kepada kami supaya bisa cepat selesai. Keringat kami kalau siang hari kalau boleh di peras (seperti memeras cucian) mungkin akan mengeluarkan air keringat yang cukup deras. Pukul 1/2 dua belas siang kami sudah mulai bersiap-siap untuk istirahat makan siang dan pukul 13.00 kami bersiap untuk memulai pekerjaan kami kembali. Jika terdengar adzan ashar sebagian dari kami yang berimtaq sesegera mungkin mengambil air wudlu untuk beribadah sholat ashar. Kalau saya pribadi belum bisa untuk sholat. Saya malah pergi ke warung untuk makan. Pukul 1/2 enam sore kami bersiap untuk istirahat sore. Dan memulai pekerjaan (Lembur) pukul 19.00 sampai 22.00. Tapi rata-rata sekarang. Jam kerja tergantung kebijakan dari mandor. Ada yang lembur malam di mulai 18.30 s/d 21.30. Oh iya… hitungan Gaji kami sebagian besar adalah harian. Jadi “kalau gak kerja ya gak makan” istilah poluler kami. Terkecuali sakit pasti setidaknya dapat absen masuk kerja dari mandor. Dari pukul 08.00 s/d 16.00 kami dapat hitungan 1 hari kerja. Kalau dari pukul 08.00 s/d 18.00 kami dapat hitungan 1 hari + 2 jam. Tapi lagi-lagi beda mandor beda kebijakan, ada yang bekerja dari pukul 08.00 s/d 18.00 di hitung 1 hari setengah. Kalau kami bekerja dari pukul 08.00 s/d 22.00 kami dapat hitungan 2 hari. Enaknya di bikin ringkas aja kali ya…

  1. 08.00 s/d 12.00 = 1/2 hari 
  2. 08.00 s/d 16.00 = 1 hari 
  3. 08.00 s/d 18.00 = 1 hari + 2jam 
  4. 08.00 s/d 22.00 = 2 hari
  5. 08.00 s/d 03.00 = 3 hari
  6. 08.00s/d 08.00 = 4 hari

*3X 2 jam  di bulatkan jadi satu hari

Itu adalah rincian perhitungan pembayaran tenaga kami yang selama ini sering saya alami. Lagi-lagi beda mandor beda kebijakan. Entah mandor besi,mandor cor,mandor batu dan mandor-mandor yang lain.

Biasanya sih saya sebagai orang struktur (tukang kayu) sering lembur sampai jam 22.00 saja. Itu sudah cukup matematika ekonomi kami untuk bertahan hidup selama 2 miggu ke depan dan badan kami sudah begitu remuk rasanya. Kegiatan kami setelah lembur malam biasanya ya mandi… makan… tidur… tapi sebelum tidur kami sibuk dgn kegiatan kami masing-masing. Ada yang ngobrol, telpon pasangan, main catur dsb.

Dari jadi tukang kayu, kadang kami juga dipaksa oleh mandor kami untuk jadi tukang besi,tukang cor bahkan tukang gali. Pekerjaan yang di luar kemampuan kami. Karna terkadang mandor itu terlalu ‘rakus’. Jadi, semua pekerjaan yang sebenarnya bukan bidangnya di ambil. Dan kami Kuli hanya bisa pasrah dan mengikuti kemauan mandor demi bisa dapat lemburan kerja. Tapi alhamdulillah berkat kerja keras kami, kami bisa melakukan pekerjaan yang sebenarnya bukan bidang kami. Dan dibalik itu semua ada hikmah dan ilmu yang kita dapat kalau kita mau tekun. Misalnya kita di suruh ngecor, kita bisa “nggosok”, di suruh jadi tukang besi kita bisa dapatkan ilmu yang nanti kalau suatu saat kita mau bikin rumah yang pakai bahan besi, kita bisa tahu o… ternyata ini ilmu yang ku dapat kemarin.

Adapun pengalaman saya kemarin setelah lebaran tahun 2016  sewaktu di Makassar, saya menjadi welder (tukang las). Dan itupun tidak serta merta dengan mudah saya menjalaninya. Saya di training oleh beberapa kawan saya yang baik hatinya serta tidak sombong. Sering mata saya kalau malam ‘ketembak’ (bahasa kena efek Las) dari hasil ngelas tadi siang. Dengan susah payah saya menahan perihnya mata yang seakan-akan di penuhi oleh pasir. Melek sakit gak melek sakit. Dan itu pula yang membuat saya tahu kalau mata kena Las,  segera minum bodr*x sama susu. Itupun kata temen saya. Ternyata lumayan hasilnya. Lain hari saya sudah sedia bodr*x untuk persiapan agar mata saya tidak ‘ketembak’ lagi.

Kami memang segolongan orang yang dengan pola hidup seadanya. Boleh di bilang pola hidup tidak sehat. Dari kurang tidur, tempat tidur yang ala kadarnya, kurang makan buah-buahan, mandi dengan air kotor. Tapi kami sudah cukup bahagia dengan semua kebersamaan. Kami banyak teman, banyak pengalaman mengenal berbagai macam karakter seseorang. Dan itu kami jalani dengan niat dan ikhlas demi cita-cita yang hanya ingin keluarga kami bahagia. Hidup dalam kecukupan. Karna kami tak pernah merasakan indahnya menjadi orang kaya. Kami sudah cukup bahagia dengan pekerjaan yang Tuhan berikan kepada kami walau hanya sebagai Kuli Bangunan. Dimana kami rela bertaruh nyawa demi tanggung jawab pekerjaan dan demi tanggung jawab kepada keluarga kami masing-masing. Kami kadang hanya berpakaian rapi 2 minggu sekali setelah gajian untuk sekedar melepas penat dengan jalan-jalan ke mall misalnya. Kalau di luar sana masih ada yang memandang sebelah mata pekerjaan kami, never mind… “semua pendapat adalah tergantung dari suasana hati ” dan cukup fair di sebuah negara demokrasi untuk kami yang berprofesi sebagai Kuli Bangunan. 

salam…KERJA…MAKAN…TIDUR…

About tulusmaholtra

apapun karyamu... tampilkan !!!!
This entry was posted in Tak Berkategori. Bookmark the permalink.

4 Responses to Sosok Behind The Scenes Proyek Bangunan : KULI BANGUNAN

  1. Ferboes says:

    Kancaku siji iki pancen jozz nan… Semangat lek

    Like

  2. Anonymous says:

    Kalo yang sub bagian listrik ada ngga?

    Like

Leave a comment